Tuesday, March 29, 2016

WEGI V bersama Komunitas Wegi Mengunjungi PT Semen Padang Nan Elok

Awalnya hanya tertarik dengan brosur online di salah satu media social yang menawarkan wisata heritage bersama PT Semen Padang tanpa membaca jelas dan lengkap.
Ternyata acara wisata heritage tersebut terselenggara karena berkat kerja sama Komunitas Wegi dengan PT Semen Padang.

Masih agak terasa asing ditelinga apa itu WEGI, disini akan saya jelaskan sedikit tentang profilenya. WEGI atau We Green Industry merupakan suatu komunitas yang fokus terhadap penerapan kaidah dan best practice Green Industry yang dipraktekkan oleh suatu perusahaan diIndonesia sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial dan tidak hanya mengedepankan keuntungan semata.
Saat ini WEGI fokus pada program  Wisata Edukasi Green Industry dimana perusahaan berbagi tentang pengelolaan lingkungan dan sosial masyarakat dalam implementasinya.[1]

PT Semen Padang dianggap memenuhi kriteria yang difokuskan oleh WEGI. Dalam pengolahan produk semen yang diproduksi dan telah sesuai SNI (standar nasional Indonesia) yang tentu saja sangat mempengaruhi dampak lingkungan itu sendiri dan bagaimana PT Semen Padang juga banyak melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan dalam bentuk kemitraan.
Berikut ini pemaparan saya tentang PT Semen Padang kenapa layak dipilih untuk kegiatan Wisata Edukasi Green Industri ke V pada tanggal 19 Maret 2016 lalu. Berdasarkan kunjungan kebeberapa tempat yang tertuang dalam kegiatan acara pada hari itu.

1. Stadion Gor Haji Agus Salim

Stadion GOR H Agus Salim Padang
(Sumber Foto : Dokumen Pribadi)
Merupakan titik temu para peserta WEGi ke V, kenapa harus di Gor? Sedikit menilik kebelakang Stadion SGHAS (Stadion Gor Haji Agus Salim) merupakan markas dari Semen Padang Football Club. Stadion GHAS dibangun pada tahun 1983 oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan sampai saat ini statusnya tetap kepunyaan pemerintah provinsi yang dipinjam pakaikan kepada Pemerintah Kota Padang dan status pinjaman ini diperpanjang setiap 5 tahun sekali.
Pada gempa 2009 yang melanda kota padang saat itu Stadion GHAS mengalami kerusakan yang cukup parah pada saat itulah PT Semen Padang atas persetujuan pemerintah kota padang melakukan perbaikan stadion.[2]


2. Rumah Kain Ayesha
Rumah Kain Ayesha merupakan salah satu mintra binaan dari PT Semen Padang, rumah kain ayesha berdiri semenjak tahun 2009 dan bermitra dengan PTSP (PT Semen Padang) semenjak tahun 2010.
Produk utama dari rumah kain ayesha ini adalah batik tanah liek (tanah liat). Bukan dari bahan yang digunakan adalah tanah liat ya tapi dalam salah satu proses pembuatanya menggunakan tanah liat.
Belajar tentang sedikit sejarah batik tanah liek bukan merupakan inovasi baru tapi batik tanah liek sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan sekarang telah menjadi warisan budaya di minangkabau. Dahulunya batik tanah liek ini digunakan oleh Datuak (penghulu / kepala adat), Bundo Kanduang (Pemimpin Wanita di Minangkabau) serta Raja. Batik tanah liek dipakai sebagai kelengkapan berupa selendang atau saluak.

Penggunaan tanah liek bertujuan untuk menghasilkan kain yang lebih tahan baik dari warna maupun serat kain itu sendiri dengan cara kain polos direndam dalam larutan tanah liat terlebih dahulu dan menghasilkan kain yang berwarna kecoklatan dan ini tentu saja merupakan keistimewaan yang membedakan dengan batik pada umumnya. Keistimewaan lain dari batik tanah liek itu sendiri yaitu penggunaan pewarna alami yang lebih ramah terhadap lingkungan. Pewarna alami yang digunakan antara lain kulit jengkol, kulit rambutan, kunyit maupun gambir.

Gambar dari kiri ke kanan : 1. Batik Tanah Liek Ayesha, 2. Teknik Pembuatan Batik
3. Teknik Colet (penambahan warna alami pada kain), 4. Hasil Jadi Batik Tanah liek
(Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)
Bukan hanya mengedepankan pelestarian budaya saja, tapi juga mengedepankan "keramahan" terhadap lingkungan dan PTSP hadir memberikan dukungan berupa pelatihan pelatihan karyawan, pameran baik dalam maupun luar negeri dan membantu melakukan promosi dengan cara penggunaan seragam baik berupa seragam karyawan maupun seragam dalam seminar dan pelatihan.

3. Proses Blasting Batu Kapur di Karang Putih
Rangkaian acara ketiga yaitu melihat proses pemberaian batu kapur yang merupakan bahan baku utama dari pembuatan semen, lokasinya terletak dikawasan karang putih yang tidak jauh dari pabrik PTSP. Kebutuhan batu kapur yang diperlukan oleh PTSP dalam satu hari produksi sekitar 26000 ton, penambangan dilakukan sekali dalam sehari dan lima kali dalam seminggu yang mana dalam satu kali proses blasting tersebut dilakukan penanaman alat peledak didalam lima puluh lubang dengan kedalaman dua belas meter dan menghasilkan batu kapur sebanyak 33000 ton.

Batu Kapur yang Menjadi Bahan Utama Pmbuatan Semen di PTSP
berwarna agak kehitaman dikarenakan adanya gaya menekan dan memanaskan batu kapur yang terdapat dibelakang bukit batu kapur
(Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)

Sudut Lain dari Bukit Batu Kapur PTSP
(Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)
Dalam proses pemberaian batu kapur PTSP menggunakan dua teknik yaitu mekanis dan blasting (peledakan) menggunakan bahan peledak. Bahan peledak yang digunakan berupa ammonium nitrat, detonator dan menggunakan rangkaian listrik. Dalam penggunaan bahan peledak PTSP sudah menerapkan standar yang sesuai dari sistem manajemen K3 dan lingkungan hidup dimana salah satunya pada saat membuat "ramuan" bahan peledak PTSP menggunakan oli bekas pakai dari dump truck sebagai pengganti solar dalam campuran ammonium nitrat.
Penggunaan teknik blasting atau peledakan tentu mempunyai efek samping terhadap lingkungan antara lain timbulnya getaran, bunyi dentuman yang keras bahkan bebatuan yang terpental yang bisa saja mengacam alat dan unit. Langkah yang dilakukan oleh PTSP untuk meminimalisir dampak tersebut adalah dengan melakukan pengukuran getaran dan suara berkala dari tempat bangunan terdekat dimana penerapannya selalu dibawah nilai ambang batas SNI 7571:2010. Selain itu setiap pekerja ataupun tamu yang masuk kekawasan pertambangan dilengkapi dengan helm dan rompi safety.

4. Pabrik Indarung I

Salah Satu Sudut Indarung I
(Sumber Foto : Dokumentai Pribadi)
Indarung I merupakan cikal bakal PTSP, didirikan oleh Belanda pada !8 Maret 1910 yang lalu saat itu PTSP merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia bahkan di Asia tenggara. Pada kala itu PTSP bernama NV Nerderlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) sampai saat ini bangunan yang sudah berusia 106 tahun ini tetap dipertahankan keasliannya. Masih terdapat kilang kilang penampungan semen dan tempat pencampuran semen yang digunakan, tempat pencampuran semen ini bisa diibaratkan seperti mesin mixer raksasa  yang dikenal dengan nama Roll Mill karena pada saat itu pengolahan semen menggunakan teknologi proses basah, teknologi proses basah dihentikan pada tahun 1999 oleh PTSP dikarenakan proses tersebut tidak ramah lingkungan. PTSP mengganti teknologi proses basah menjadi teknologi proses kering seiring dengan perkembangan pbarik Indarung II, III, IV, V dan VI (yang masih dalam proses pengerjaan).
Sekarang pabrik Indarung I akan dijadikan museum semen pertama di Indonesia dan dijadikan kawasan wisata heritage dimana dapat dimanfaatkan oleh masyarakat salah satunya untuk kegiatan foto prewedding.

Bekas Tempat Pengadukan Semua Bahan Semen dengan Teknologi Proses Basah
(Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)
5. Taman Reklamasi PTSP (Lapangan Golf)


Kehijauan Sepanjang Mata Memandang diTaman Reklamasi PTSP
(Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi)
Siapa yang menyangka dibalik kehijauan taman reklamasi ini ternyata dulunya adalah bekas tambang clay PTSP. Semenjak tahun 1995 PTSP berkomitmen untuk mereklamasi bekas tambang clay menjadi lapangan golf sebagai bentuk dari tanggung jawab PTSP untuk memulihkan lokasi bekas tambang. Selain menjadikanya lapangan golf taman reklamasi ini juga ditanami dengan pohon pohon rindang yang masih produktif, dan disini terdapat pohon indarung yang langka.
Sekarang ini taman reklamasi lapangan golf digunakan oleh PTSP serta pihak luar lainnya seperti masyarakat, pemerintah daerah, serta tamu yang datang ke PTSP.

Dari sepanjang perjalanan PTSP membuktikan bahwa sebuah perusahaan itu tidak hanya mengeruk keuntungan sebesar besarnya tapi juga mengutamakan manfaat keberadaanya untuk kegiatan sosial maupun lingkungan. Hal ini sebenarnya juga sudah ditunjukkan dalam visi PTSP sendiri yaitu "Menjadi Perusahaan Persemenan yang Andal, Unggul dan Berwawasan Lingkungan Di Indonesia Barat dan Asia Tenggara". Semoga PTSP tetap berpegang pada prinsipnya sampai beratus ratus tahun kedepan dan selalu berjaya membangun nagari dan negeri.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Komunitas Wegi (@komunitaswegi) semoga program bersama mewujudkan lingkungan menjadi lebih baik terutama dilingkungan industry terus berkelanjutan sampai seeterusnya dan terimakasih banyak untuk PT Semen Padang (@semenpadang1910) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti acara ini. Tidak hanya ilmu dan wawasan baru yang sangat mahal ini yang saya dapatkan tapi juga pertemanan, saya sangat merasa beruntung karna belum tentu orang lain bisa mempunyai pengalaman mahal yang sama dengan saya.

Terimakasih PT Semen Padang Untuk Kesempatannya dan Ilmunya

0 komentar :

Post a Comment